TAFSIR KLASIK DAN KONTEMPORER
A. TAFSIR
KLASIK
Awal mula munculnya penafsiran adalah sejak
Al-Qur’an itu diturunkan, yaitu dimulai sejak masa Nabi Muhammad SAW
(571-632H). Setiap kali ada ayat turun, Nabi Saw membacakannya dan
menjelaskannya kepada para sahabat,terutama menyangkut ayat-ayat yang musykil
(sulit dimengerti maksudnya). Namun model penafsiran Nabi waktu itu masih
bersifat ijmali (global) dan disampaikan secara oral serta belum dirumuskannya
metodologi tafsir secara akademis-sistematis.
Selanjutnya, setelah Nabi Saw wafat, tradisi
penafsiran dilakukan oleh para sahabat, seperti Abdullah ibn Abbas
(w.640),Abdullah ibn Mas’ud (w.653), Zayd ibn Tsabit (w.665),Ubay ibn Ka’b
(w.640) ,dan sebagainya dengan pola dan system yang hampir sama dengan masa
Nabi. [1]
Penafsiran pada masa sahabat juga masih
bersifat oral dengan metode periwayatan. Sumber utama penafsiran mereka adalah
Al-Qur’an itu sendiri, selain Al-Quran sumber penafsiran yang mereka gunakan
yaitu hadis. Sebab banyak hadis yang merupakan penjelasan terhadap ayat-ayat
yang musykil yang dulu ditanyakan sahabat kepada Nabi. Lalu mereka juga
mengambil variasi bacaan(qira’ah) qur’an sebagai sumber penafsiran.
Setelah berakhirnya penafsiran pada masa
sahabat, maka tradisi penafsiran dilanjutkan oleh generasi para tabi’in. Pada masa tabi’in ini mulai muncul
aliran-aliran tafsir.
Ada 3 aliran yang menonjol di era tabi’in,yaitu:
1.
Aliran
makkah, seperti Sa’id bin Jubayr (w.sekitar 712-713 M),Ikrimah (w.723 M), dan
Mujahid ibn Jabr (w. 722 M). yang ketika itu mereka berguru kepada sahabat Ibnu
Abbas.
2.
Aliran
Madinah, seperti Muhammad bin Ka’b (w.735 M),Zayd ibn Aslam al-Qurazhi (w. 735
M), dan Abu Aliyah (w.708 M) yang berguru kepada sahabat Ubay ibn Ka’b.
3.
Aliran
Iraq, seperti ‘Alqamah ibn Qays (w. 720 M) , ‘Amir al-Sya’bi (w.723 M), Hasan Al-Bashri (w. 738 M), Qatadah ibn Di’amah al-Sadusi (w.
735 M) mereka berguru kepada sahabat Abdullah bin Mas’ud.[2]
Tafsir di masa Nabi SAW,sahabat dan permulaan masa
tabi’in dapat dikategorikan sebagai tafsir era qabla tadwin (sebelum
kodifikasi) atau disebut juga sebagai periode pertama. Sedangkan periode kedua
, bermula dengan kodifikasi hadis secara resmi pada masa pemerintahan Umar bin
Abdul Aziz(99-101 H) dimana tafsir ketika itu masih bergabung dengan hadis dan dihimpun
dalam satu bab seperti bab-bab hadis. Periode kedua ini berlanjut hingga
periode ketiga dengan munculnya kodifikasi tafsir secara khusus dan terpisah
dari hadis, yang oleh para ahli diduga dimulai oleh al-Farra’ (w. 207) dengan
kitabnya Ma’anil al-Qur’an.
Pada periode ketiga itulah era pasca para
tabi’in yaitu generasi atba’ tabi’in.
Tokoh-tokohnya antara lain Yazid ibn Harun al-Sulami (w.117 H), Sufyan
ibn ‘Uyainah (w.198 H),Syu’bah ibn Ubaidah
(w.205) Abdur Razzaq ibn Hammam (w.211 H). Pada masa ini lah, pembukuan tafsir dilakukan secara khusus, yang menurut para
sejarawan dimulai pada akhir Dinasti Umayyah dan awal Dinasti Abbasiyah.[3]
Terjadi semacam pergeseran paradigma
mengenai rujukan penafsiran antara era sahabat dengan era tabi’in. Pada era
tabi’in sudah mulai banyak menggunakan sumber-sumber isra’illiyat sebagai
rujukan penafsiran, terutama terhadap ayat-ayat yang berupa kisah dimana
al-Qur’an hanya menceritakan secara global. Hal ini disebabkan banyaknya ahli
kitab yang masuk Islam dan para tabi’in ingin mencari informasi secara detil
tentang kisah-kisah yang masih global dari mereka, seperti Abdullah ibn Salam,
Ka’b al-Akhbar, Wahb ibn Munabbih dan Abdul Malik ibn Abdul Aziz ibn Juraij.[4]
Apapun pergeseran dan perubahan yang
terjadi dari era sahabat ke tabi’in tersebut,namun yang jelas tradisi
penafsiran Al-Qur’an waktu itu cukup tumbuh dan berkembang sampai berakhirnya
masa tabi’in.
B. TAFSIR
KONTEMPORER
Penafsiran pada era ini dimulai sejak akhir
abad 18 M, bermula pada masa syaikh Muhammad Abduh (1849-1905 M), corak-corak
penafsiran tersebut mulai berkurang dan perhatian lebih banyak tertuju kepada
corak sastra budaya kemasyarakatan. Yakni satu corak tafsir yang menjelaskan
petunjuk-petunjuk ayat al-Qur’an yang berkaitan langsung dengan kehidupan
masyarakat,serta usaha-usaha untuk menanggulangi penyakit-penyakit atau
masalah-masalah mereka berdasarkan petunjuk ayat-ayat, dengan mengemukakan
petunjuk-petunjuk tersebut dalam bahasa yang mudah dimengerti tapi indah di
didengar.[5]
Tokoh-tokohnya antara lain :
·
Di Mesir,
munculah tafsir Muhammad Abduh,Rasyid Ridha, Ahmad Khalaf, dan Muhammad Kamil.
·
Di Belahan
Indo-Pakistan, seperti Abu Azad, Al Masriqqi, G.A Parws,
·
Di Timur
tengah, antara lain Amin Al-Khully (w.1978), Hasan Hanafi, Bita Shathi
(w.2000), Nasr Abu Zayd, Muhammad Shahrur, dan Fazlur Rahman.[6]
Merujuk pada temuan ulama kontemporer, yang
dianut sebagian pakar al-Qur’an pemilihan metode tafsir Al-Qur’an kepada empat
metode Ijmali(global), Tahlili(analisis),Muqarin(perbandingan), dan Maudlui(tematik),
ditambah satu metode yaitu metode Kontekstual (Menafsirkan al-Qur’an
berlandaskan pertimbangan latar belakang
sejarah,sosiologi,budaya,adat-istiadat, dan pranata-pranata yang berlaku dan
berkembang dalam masyarakat Arab sebelum dan sesudah turunnya Al-Qur’an).
Perbedaan
Tafsir Klasik dan Tafsir Kontemporer
Jenis tafsir
|
Sumber penafsiran
|
Metode penafsiran
|
Corak penafsiran
|
Karakteristik penafsiran
|
Tafsir Klasik
|
Al-Qur’an, Hadist Nabi saw, riwayat para sahabat,
riwayat para tabi’in, riwayat Tabi’inat tabi’in, cerita ahli kitab, Ijtihad.
|
Tafsir bil ma’tsur
|
Pembahasannya bercorak ijmaly (global)
|
Bersifat ijmaly dengan periwayatan Rasulullah Saw,
Ijtihad sahabat dan dipengaruhi oleh cerita ahli kitab.
|
Tafsir Kontemporer
|
Al-Qur’an, Hadist Nabi saw,Tafsir dari Sahabat,
Tabi’in dan tabi’int tabi’in, kaidah bahasa arab dan segala cabangnya, ilmu
pengetahuan yang berkembang,Ijtihad, Pendapat para mufasir terdahulu.
|
Menggabungkan Tafsir bil ma’tsur dan tafsir bil
ra’yi
|
Pembahasannya bercorak ijmaly, tahlily(detail),
muqaran (penggabungan), maudhu’iy (tematik)
|
Mengembangkan berdasarkan aspek keilmuan
|
DAFTAR
PUSTAKA :
Munawir Fajrul, dkk. AL-QUR’AN.2005.Yogyakarta:Pokja Akedemik UIN Sunan Kalijaga.
Mudawari Syamsul. TAFSIR-ILMU TAFSIR.Blitar:DIKTAT MA MA’RIF NU KOTA BLITAR.
[1] Munawir Fajrul, dkk. AL-QUR’AN.2005.Yogyakarta:Pokja
Akedemik UIN Sunan Kalijaga. Hal.127
[2] Munawir Fajrul, dkk. AL-QUR’AN.2005.Yogyakarta:Pokja
Akedemik UIN Sunan Kalijaga. Hal. 131
[3] Munawir Fajrul, dkk. AL-QUR’AN.2005.Yogyakarta:Pokja
Akedemik UIN Sunan Kalijaga. Hal. 132-133
[4] Munawir Fajrul, dkk. AL-QUR’AN.2005.Yogyakarta:Pokja
Akedemik UIN Sunan Kalijaga. Hal. 133
[5] Munawir Fajrul, dkk. AL-QUR’AN.2005.Yogyakarta:Pokja
Akedemik UIN Sunan Kalijaga. Hal. 143
[6] Mudawari Syamsul. TAFSIR-ILMU
TAFSIR.Blitar:DIKTAT MA MA’RIF NU KOTA BLITAR. Hal. 22
Mantap mas
BalasHapusSangat bermanfaat
Terima kasih, sangat membantu
BalasHapusTerimakasih, sangat membantu
BalasHapusAlhamdulillaahirobbil'aalamiin Barokallooh.
BalasHapuslanjutkan Terus kajian kajiannya