KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat , karunia dan hidayahNya kepada kita
semua sehingga akhirnya tugas karya tulis ini dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam
senantiasa tercurah pada Nabi Muhammad SAW beserta para pengikutnya yang
setia menemani hingga akhir zaman.
Tugas karya tulis
yang diberi judul “BAHAYA ISIS”
ini ialah suatu karya tulis yang terbentuk dari hasil refrensi buku yang
say abaca,dimana tugas ini merupakan prasyarat
dari aspek penilaian mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Dalam penyelesain
karya tulis ini , saya banyak mengalami
kesulitan , terutama disebabkan oleh kurang spesifiknya informasi yang didapatkan karena
hanya mengandalkan pengamatan dilingkungan sekitar sebagai bahan penyusun karya
tulis. Pada akhirnya karya tulis ini dapat
diselesaikan meskipun masih terdapat banyak kekurangan.
Penyusunan karya
tulis ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Ali Usman selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia.
Semoga Allah SWT
selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua, amin.
Saya menyadari
bahwa tugas karya tulis ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh
karena itu segala saran dan kritik yang membangun. Saya harapkan
untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Yogyakarta, 15 September 2016
Prasetyo Adi
Sutopo
DAFTAR ISI
Cover
………………………………………………………………………………….. i
Kata pengantar
………………………………………………………………….. ….. ii
Daftar isi
…………………………………………………………………………….. iii
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………………….……
1.1 LATAR
BELAKANG……………………………..…................................ 4
1.2. RUMUSAN
MASALAH….……………………………………………… 5
1.3 TUJUAN
PENULISAN ………………….……………………………… 5
BAB II. PEMBAHASAN……………………………………………………………. 6
BAB. III PENUTUP…………………………………………………………………. 8
DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………..………………9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Sejak awal kemunculannya, Islamic State in Iraq and Syria (ISIS)
sejatinya tidak hanya menjadi ancaman bagi beberapa Negara di Timur Tengah dan
Eropa, tetapi ISIS adalah ancaman terbesar bagi Islam itu sendiri. Dari aspek
nama, klaim ISIS sebagai negara islam tetapi mempertontonkan pola pikir dan
tindakan yang tidak islami sudah sangat melukai hati seluruh umat Islam di
dunia. Bahkan tidak hanya membuat malu seluruh umat Islam, tetapi telah
mencoreng nilai ajaran Islam itu sendiri.
Klaim ISIS sebagai Islam ini semakin
menyayat hati jika memperhatikan gaya propaganda mereka dalam mempraktekan
hukum Islam secara keras tanpa mempertimbangkan aspek subtansial dari ajaran
Islam itu sendiri, salah satunya seperti hukum qishash. Apa yang dilakukan ISIS
dalam menerapkan sistim qishash sama sekali tidak memiliki landasan hukum
sebagaimana yang diketahui oleh mayoritas umat Islam. Qishash hanya dapat
dilakukan terhadap seseorang yang telah terbukti melakukan pembunuhan setelah
melalui proses hukum yang berlapis-lapis sehingga tidak bias lagi diragukan ke
absahan hukum dimaksud.
Dalam sejarah Islam mulai dari Nabi
Muhammad Saw. Hingga Khilafah Rasulullah tidak pernah memfatwakan agar umat
Islam membunuh kaum kafir. Islam pernah berhadapan dengan imperium Romawi dan
Persia, tetapi tidak ada satupun ulama salaf dan khalaf yang memboleh kan
pembunuhan kepada kedua bangsa tesebut. Berbeda apa yang dilakukan kelompok
radikal saat ini yang bukan saja menjadikan bangsa-bangsa lain sebagai sasaran
dengan asumsi sebagai musuh nyata dan musuh Tuhan, tetapi juga menjadikan
sasaran pembunuhan terhadap orang-orang Islam itu sendiri.
Kelompok radikal ini telah mempertontonkan
berbagai aksi kekerasan dengan atas agama. Sejak kemunculannya, kelompok yang
terus terusan mengaku memperjuangkan tegaknya hukum Islam ini tidak pernah
berhenti memajang parade kekerasan demi kekerasan, bahkan kekejaman sadis yang
tidak manusiawi. Mereka mempraktekan kekejaman dan penyiksaan terhadap tawanan
dan mereka yang tidak sehaluan. Perhatikan bagaimana meraka menyasar target
dengan membabi buta, menghajar siapapun yang menentang tidak terkecuali
anak-anak,lansia, dan perempuan. Kekejaman ISIS
tidak ada literatur pembenarannya dalam agama manapun, sehingga ISIS
adalah aliran kekerasan yang mempunyai dasar keagamaan, apalagi Islam.
1.2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah :
1.
Bagaimana perkembangan ISIS sebagai kelompok radikal?
2.
Bagaimana ISIS mengklaim
mengatasnamakan agama Islam?
3.
Apakah ISIS bisa disebut Islam
Rahmatan Lil Alamin?
4.
Bagaimana sikap ulama Indonesia
terhadap ISIS?
1.3.Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini:
1.
Untuk mengetahui perkembangan ISIS
sebagai kelompok radikal
2.
Untuk mengetahui klaim ISIS
tentang Islam
3.
Untuk mengetahui Islam Rahmatan
Lil Alamin
4.
Untuk mengetahui sikap ulama
Indonesia terhadap ISIS
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan ISIS sebagai kelompok
radikal
ISIS adalah kelanjutan dari
kelompok-kelompok garis keras dan ekstrim di Irak seperti Jamaatul Tauhid Wal
Jihad fi Biladil Rafidin dan Majelis Syoru Mujahidin. Kedua kelompok ini
merupakan kelompok radikal yang berhaluan garis keras dan bekerjasama dengan organisasi
Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Orang-orang ISIS adalah juga orang-orang
Al-Qaeda, yang kini dipimpin oleh Ayman Al Zahawahiri setelah pimpinanya Osama
bin Laden tewas dalam penyergapan pasukan Amerika di Pakistan tahun 2011 silam.
ISIS awalnya didirikan oleh Abu Musab
al-Zarqawi. Ia pernah ikut bergabung bersama mujahidin Afganistan berperang
melawan Uni Soviet. Di Afganistan ini pula awal pertemuan al-Zarqawi dengan
pimpinan Al-Qaeda Osama pada tahun 2000 untuk meminta bantuan untuk kelompoknya
bagi jaringannya yang bernama al-Tawhid wal-Jihad dengan tujuan menggulingkan
pemerintah Yordania. Zarqawi kemudian mengucap janji kesetiaan dengan Al-Qaeda
dengan mendirikan jaringan dengan memberi nama jaringan Tanzim Qaidat al-Jihad
fi Bilad al-Rafidyan atau umumnya disebut dengan Al-Qaeda in Iraq (AQI).
Tahun 2006 jaringan ini membentuk
Mujahidin Shura Council atau majelis Shura Mujahidin (MSM) yang selanjutnya
menjadi Islamic State of Iraq (ISI). Zarqawi meninggal pada tahun 20006 yang
selanjutnya tongkat kepemimpinan diganti oleh Abu Umar al-Baghdadi pada bulan
Okteber. Dibawah kepemimpinan
al-Baghdadi ISI semakin meampakkan gerakan ekstrim dan radikal. Tahun 2011,
Ketika sudah dibawah pemimpin baru Abu Bakar al-baghdadi ISI melakukan operai
ke Suriah. Ketika merasa berhasil di suriah, pada April Tahun 2013 baghdadi
lantas memberikan nama gerakan ISI menjadi ISIS singkatan dari Islamic State of
Iraq and Syiria. [1]
2.2. Klaim ISIS tentang Islam
Jika kita menelusuri sejarah dan latar belakang ISIS
sesungguhnya organisasi ini bukanlah organisasi baru. ISIS merupakan bagian
episode lanjutan dan metamorfosa kelompok-kelompok radikal yang muncul pada
decade terakhir. Karena itulah, kejanggalan pola pemikiran dan penafsiran dalam
memahami al-qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW. sama dengan yang ditemukan
dalam kelompok radikal lainnya. Bahkan personal personil-personil-personil inti
ISIS juga berasal dari kelompok radikal lama seperti Al-Qaeda. Oleh karena itu
pola pikir dan tindakannya tidak lah berbebeda bahkan mereka satu tuhuan
sehingga antara satu dengan yang lain saling terkait dalam mewujudkan
harapannya tanpa memperhatikan dampak negative dari cara berpikir dan polanya
dalam memahami al-Qur’an dan hadist Nabi Muhammad SAW.
Konsep ke-Islama-an seperti
Jihad,pembunuhan, bom bunuh diri, takfiri, hijrah dan lain lain sebagainya
merupakan ikon doctrinal mereka selama ini menjadi jualan utama dalam
membenarkan berbagai cara kekerasan dan menarik sebanyak mungkin pendukung dari
berbagai kalangan. Namun, pada hakekatnya seperti hadis nabi yang mengatakan
bahwa kata-kata yang haq tapi mengiginkan kebathilan. Artinya ISIS telah
menjual konsep ajaran Islam untuk membenarkan kepentingan politiknya. Apa yang
dilakukan ISIS sama sekali keluar dari nilai-nilai Islam dan sama sekali tidak
dibenarkan dalam Islam.[2]
2.3. Islam Rahmatan Lil Alamin
Islam adalah agama rahmatan lil alamain. Agama yang
membawa ajaran kedamaian, kemashlahatan dan kebahagiaan bagi seluruh umat
manusia. Ajaran merupakan panduan yang memuat etikadan moral agar manusia dapat
menciptakan dan mencapai kehidupan yang beradab. Bahkan sang Nabi pembawa
ajaran ini, Muhammad SAW dengan tegas menyatakan bahwa misi kerasulannya adalah
untuk menyempurnakan akhlak kehidupan manusia yang beradab. Dengan etika dan moralitas
yang sempurna. Manusia dapat menciptakan kualitas kehidupan komunitas
masyarakat dan peradaban yang tinggi.
Kerasulan Nabi Muhammad SAW juga
ditegaskan dalam al-Qura’an adalah untuk keberkahan alam semesta(rahmatan lil
alamin). Pondasi misi kerasulan ini penting untuk ditegaskan kembali di tengah
banyaknya kelompok yang mengatasnamakan Islam, bahkan memperjuangkan Islam,
tetapi mereka justru menjual Islam dem kepentingan politik dan mencoreng prinsip dan ajaran Islam.
Kelompok radikal terorisme khususnya ISIS merupakan salah satu fenomena
bagaimana mereka dengan sengaja menghilangkan prinsip dasar kelahiran Islam
sebagai rahmatan lil alamin.[3]
2.4. Sikap Ulama
Indonesia terhadap ISIS
Ulama-ulama
Indonesia yang tergabung dalam MUI telah sepakat menyebut ISIS sebagai radikal
Islam yang tidak mengedepankan ajaran Islam dan bertentangan dengan ajaran
Islam an menghimbau semua umat Islam agar tidak terprovokasi terhadap pengaruh
ISIS bahkan mendesak pemerintah agar melarang ISIS masuk ke Indonesia.
Lebih lengkapnya, Forum Ukhuwah
Islamiyah MUI yang terdiri dari Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas)
Islam Tingkat Pusat, Tanggal 7 Agustus 2014 telah menyatakan:
1.
Islamic State of
Irak and Syiria (ISIS) adalah gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam
di Irak dan Syiria namun tidak mengedepankan watak Islam yang Rahmatan Lil
Alamin( rahmat bagi alam semesta). Sebaliknya, ISIS menggunakan pendekatan
pemaksaan kehendak,kekerasan,pembunuhan terhadap orang-orang yang tidak
berdosa,penghancuran terhadap tempat-tempat yang dianggap suci oleh umat
Islam,serta ingin meruntuhkan negara bangsa yang sudah berdiri sebagai hasil
perjuangan umat Islam melawan penjajah.
2.
Ormas-ormas dan
lembaga –lembaga Islam di Indonesia menolak keberadaan geraka ISIS di
Indonesia yang dinilaisangat potensial memecah belah persatuan umat Islam dan
menggoyahkan NKRI berdasarkan Pancasila.
3.
Menyerukan kepada seluruh umat Islam untuk tidak
terhasut oleh agitasi dan provokasi ISIS yang berusaha untuk menjelmakan cita-cita ISIS, baik di
Indonesia maupn di Dunia. Kepada segenap Organisasi/lembaga Islam,
masjid/mushalla, dan keluarga muslim untuk meningkatkan kewaspadaan dan
melakukan upaya menangkal berkembangnya gerakan ISIS di seluruh pelosok Tanah
Air.
4.
Mendukung langkah cepat,tepat, dan tegas Pemerintah
untuk melarang Gerakan ISIS di Indonesia, dan mendorong Pemerintah melakukan
Upaya penegakan hukum sesuai perundangan yang berlaku.[4]
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari
semua penjelasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan,
bahwa:
1.
ISIS merupakan kelompok radikal yang ingin merusak
tatanan umat Islam yang telah lama hidup dalam kerukunan,perdamaian dan kemaslahatan.
2.
ISIS telah mejual konsep-kosep ajaran Islam untuk membenarkan kepentingan politiknya tanpa memperhatikan dampak negative
dari cara berpikir dan polanya dalam memahami al-Qur’an dan hadist Nabi
Muhammad SAW.
3.
ISIS merupakan salah satu fenomena
bagaimana mereka dengan sengaja menghilangkan prinsip dasar kelahiran Islam
sebagai rahmatan lil alamin.
4.
Ulama, tokoh agama dan organisasi
keagamaan terlah menghimbau kepada seluruh umat Islam Indonesia untuk
meningkatkan kehati-hatian dan memilik kewaspadaan dalam menyikapi isu gerakan
ISIS.
DAFTAR PUSTAKA
Tim penyusun BNPT.2015. WASPADA ISIS. Jakarta: Deputi Bidang
Pencegahan,Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasioanal Penanggulan
Terorisme.
Tim penyusun BNPT.2016. ISIS Bukan ISLAM. Jakarta: Deputi Bidang
Pencegahan,Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasioanal Penanggulan
Terorisme.
[1] Tim penyusun BNPT,
Waspada ISIS (Deputi
Bidang Pencegahan,Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasioanal Penanggulan
Terorisme: 2015 ). Hlm. 5-8.
[2]
Tim penyusun BNPT, ISIS
Bukan Islam (Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan
Nasioanal Penanggulan Terorisme: 2016 ). Hlm. 12.
[3]
Tim penyusun BNPT, ISIS
Bukan Islam (Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi Badan
Nasioanal Penanggulan Terorisme: 2016 ). Hlm .18
[4]
Tim penyusun BNPT,
Waspada ISIS (Deputi
Bidang Pencegahan,Perlindungan dan Deradikalisasi Badan Nasioanal Penanggulan
Terorisme: 2015 ). Hlm. 33
Tidak ada komentar:
Posting Komentar