REVIEW BUKU
“ RINGKASAN NAHWU SHARAF “
Oleh : Prasetyo Adi Sutopo
PENDAHULUAN
A.
IDENTITAS BUKU
Judul buku : Ringkasan Nahwu Sharaf
– Karakteristik Kitab Alfiyyah Ibnu Malik,
al-‘Imrithiy, dan Nazham al-Maqsud.
Penulis : Andi Holilullah, S.Pd.I.,
M.A. [et al.]
Penerbit : Trussmedia Grafika.
Edisi terbit : Cetakan I, April
2019.
Kota : Yogyakarta.
Tebal : xiv + 280; 15,5 x 21 cm.
B.
TENTANG BUKU
Buku
karya bersama ini yang di prakarsai oleh Andi Holilullah, S.Pd.I., M.A. sebagai
pengajar ilmu Nahwu dan Sharaf sekaligus Wali Kelas bagi anak bimbingnya merupakan
buku yang mengulas tentang karakteristik kitab-kitab Nahwu dan Sharaf yang
menjadi acuan pembelajaran gramatika bahasa arab bagi santri-santri Pondok
Pesantren di Nusantara maupun seorang penimba ilmu dalam kajian ilmu Nahwu dan
Sharaf. Kitab-kitab tersebut antara lain Kitab Alfiyyah karya Imam Ibnu Malik,
al-Imrithiy karya Syekh Syarafuddin Yahya al-Imrithiy dan Nazham al-Maqsud
karya Imam Ahmad Ibnu Abdurrahim.
Sebagaimana
yang kita ketahui untuk memahami bahasa Arab bukanlah suatu hal instan,
diperlukan pemahaman secara khusus seperti penguasaan ilmu Nahwu dan Sharaf
dengan penuh ketelatenan. Dengan mempelajari ilmu Nahwu, seseorang akan menjadi
mudah membaca dan mampu memahami perubahan kedudukan kata dalam kalimat bahasa
Arab, dapat menentukan dengan benar harakat akhir dari setiap kata. Ilmu Sharaf
pun tak boleh ditinggalkan oleh pembelajar dan pemerhati bahasa Arab, sebab
Ilmu Sharaf merupakan pedoman untuk mengetahui sighat atau bentuk kalimat,
tasgirnya, nisbatnya, jama’nya, i’lalnya, idghamnya, ibdalnya , dan lain-lain
dalam proses pemahaman ilmu tata bahasa Arab.
Dengan
adanya buku karya bersama ini dengan segala kemampuan yang dimiliki berusaha
menjelaskan materi-materi nahwu dan sharaf secara lugas dan terperinci, disertai
contoh, tabel, dan tanya jawab seputar ilmu Nahwu dan Sharaf agar memudahkan
para pembaca untuk memahaminya. Penulis berharap dengan karya yang telah
disusun bersama ini dapat memberikan faidah,wawasan tentang ilmu Nahwu dan
Sharaf secara luas kepada semua pihak, khususnya bagi para pemerhati, pengkaji
dalam kajian ilmu tata bahasa Arab.
C.
PEMBAHASAN HASIL REVIEW BUKU
BAB I. KARAKTERISTIK KITAB ALFIYYAH IBNU MALIK, AL-‘IMRITHIY, DAN
NAZHAM AL-MAQSUD.
A.
Kitab
Alfiyyah Ibnu Malik
Kitab
ini ditulis oleh Syeikh Muhammad bin Abdullah bin Malik al-Andalusiy, yang mana
beliau terkenal dengan panggilan Ibnu Malik merupakan ulama’ abad 13 Hijriyah
yang berasal dari Andalusia (sekarang Spanyol).
Kitab
ini merupakan kumpulan Nazham yang mempelajari tata bahasa Arab, aturan-aturan
tertentu sebagai patokan untuk membaca, menulis, serta mengarang dalam bahasa
Arab itu sendiri yang masuk dalam tingkatan atas. Kitab ini dinamakan Alfiyyah
karena memuat kumpulan bait sya’ir dalam bahar rajaz yang berjumlah 1002 bait.
Kitab alfiyyah mempunyai keistimewaan tersendiri dibanding kitab Nazham
lainnya, karena kitab ini mempunyai sistematika yang rapi, mencamtumkan
beberapa perbedan diantara para ahli bahasa dengan melakukan tarjih, atas
perselisihan pandangan dan pilihan bahasa yang digunakan sebagai sya’ir yang
memiliki nilai sastra tinggi.
B.
Kitab
al-Imrithiy
Kitab
Nazham al-Imrithiy merupakan matan kitab al-Ajurumiyyah yang diubah bentuk
kedalam bait-bait (nazham) oleh pengarangnya agar mempermudah dalam mempelajari
dan memahami materi-materi yang disajikan dalam kitab al-Imrithiy. Dalam kitab
al-Imrithiy ini menggunakan metode deduktif, pengarang menyajikan tema, lalu
kaidah-kaidah dan dalam bagian akhir disajikan contoh-contoh dalam kalimat.
Pembahasan dalam kitab al-Imrithiy terdiri dari 254 bait, dengan perincian;19
bait pembukaan, 228 bait inti, dan 5 bait penutup.
Kitab
ini ditulis oleh Syeikh Syarafuddin Yahya bin Syeikh Badruddin Musa bin
Ramadhan bin Umairah al-Imrithiy. Beliau dikenal dengan nama Syarafuddin Yahya
al-Imrithiy yang merupakan seorang guru besar yang sangat alim dan shaleh yang
derajatnya melebihi gelar professor pada tingkat pendidikan akademik saat ini.
C.
Kitab
Nazham al-Maqsud
Kitab
Nazham al-Maqsud merupakan kitab berupa bait-bait nazham bahar rajaz yang
didalamnya terdapat beberapa bab dan fasal-fasal. Bait-bait kitab ini berjumlah
113 bait, terdiri dari muqaddimah sampai dengan penutup. Kitab ini secara garis
besar terdapat dua bab yaitu: باب المصدر وما يشتقّ منه
dan باب المعتلات والمضاعف والمهموز . Kitab ini dikarang
oleh Imam Ahmad ibn Abdurrahim al-Thahtawi as-Syafi’i yang merupakan sastrawan
sekaligus ulama dari madzab Syafi’iyyah.
BAB II. MATERI ILMU NAHWU
Dalam
bab ini penulis Andi Holillulah et.all memaparkan ringkasan ilmu nahwu yang
terdiri dari 9 pembahasan antara lain : Al-Kalam, Al-I’rab, Huruf Jarr dan
Huruf Qasam, sim-Isim yang dibaca Rafa’, Isim Nakirah dan Isim Ma’rifat, At-Tawabi’,
Isim-Isim yang dibaca Jarr (Majrur), Al-fi’lu, ‘Amil Jawazim. Dari sembilan
pembahasan tersebut memaparkan dengan diawali dengan definisi masing-masing
pembahasan, pendapat ulama khusunya dibidang kajian gramatika Arab, dilengkapi
dengan bagan dan tabel pembagian pembahasan, dan contoh setiap pembahasan.
A.
Kalam
Dalam
pembahasan Kalam, dipaparkan bahwa Kalam dalam bahasa Indonesia disebut dengan
kalimat, dalam bahasa Arab sendiri kalimat terkadang disebut jumlah mufidah
terkadang juga disebut dengan kalam. Suatu ungkapan dapat disebut kalam apa
bila memenuhi 4 syarat; Lafadz, Murakkab (tersusun), Mufid (memiliki makna), Bi
al-Wadh’i (dengan disengaja). Selain itu ada pembagian kalam antara lain isim,
fi’il, dan huruf. Dari pembagian tersebut masing-masing mempunyai tanda alamat.
Pertama, tanda alamat isim berupa; huruf akhirnya sering dijarrkan, bertanwin,
ber-alif-lam, kemasukan huruf jarr, kemasukan huruf qosam, kemasukan huruf
nida’, dapat menjadi musnad ilaih. Kedua, tanda alamat fiil berupa : Qad, Siin,
Saufa, Ta’ Ta’nits Sakinah, Ta’ Fa’il, Nun Taukid, Ya’ Dhamir Muannatsah
Mukhotabah. Ketiga, tanda alamat huruf berupa : kalimat yang tidak disisipi
tanda kalimat isim ataupun tanda fi’il.
B.
Al-I’rab
Disini
penulis mendefinisikan I’rab merupakan perubahan syakal tiap-tiap akhir kalimat
disesuaikan dengan fungsi ‘amil yang memasukinya, baik perubahan itu tampak
jelas lafazhnya atau hanya dikira-kira kan keberadaanya. I’rab dibagi menjadi
4, antara lain : I’rab Rafa’, I’rab Nashab, I’rab Khafadh, I’rab Jazm. Selain
itu ada pembagian I’rab yang masuk pada kalimat Isim, yaitu I’rab Rafa’, I’rab
Nashab, I’rab Khafadh. Sedangkan pembagian I’rab yang masuk pada kalimat fi’il
antara lain; I’rabRafa’, I’rab Nashab, I’rab Jazm.
C.
Huruf
Jarr dan Huruf Qasam
Huruf
Jarr merupakan huruf tertentu yang mengubah kata benda (Isim) menjadi majrur
(huruf yang membuat huruf selanjutnya menjadi kasrah). Dalam bahasa Indonesia,
huruf Jarr ini sama dengan kata depan seperti di, ke, dari, atas, dll. Ada
perbedaan penyebutan Huruf Jarr dalam ilmu Nahwu antara lain, menurut ulama
Bashrah menyebutnya dengan istilah Huruf Jarr, sedangkan ulama Kuffah
menyebutnya dengan Huruf Khafadh.
Huruf
Qasam sebenarnya termasuk kedalam huruf jarr, namun karena sering digunakan
untuk Qasam (sumpah) maka akhirnya dipisahkan dengan hauruf jarr. Huruf Qasam
dengan Huruf Jarr mempunyai kesamaan yaitu membuat huruf setelahnya berharakat
kasrah. Huruf Qasam memiliki jumlah tiga yaitu واو,باء,تاء
, dan dari semua jumlah tersebut mempunyai makna yang sama yaitu “demi”.
D.
Isim-Isim
yang dibaca Rafa’
Kalimah
Isim yang dibaca Rafa’, Penulis membagi kedalam tujuh macam antara lain : 1.
Fa’il. 2. Maf’ul yang tidak disebutkan Fa’ilnya (naibul fa’il). 3. Mubtada’. 4.
Khobarnya Mubtada’. 5. Isimnya كان
dan saudara-saudaranya. 6. Khabarnya ّإن
dan saudaranya. 7. Isim yang mengikut pada isim yang dibaca Rafa’ yang mana
jumlahnya ada empat yaitu Na’at, athaf, taukid dan badal.
E.
Isim
Nakirah dan Isim Ma’rifat
1.
Isim
Nakirah
Penulis
mengutip dari bait Alfiyyah, bahwa isim nakirah terbagi menjadi dua kategori
yaitu: Setiap isim yang bisa dimasuki أل
(alif-lam) dan alif-lam tersebut mempengaruhi makna isim yang dimasukinya, dan Isim
yang tidak bisa dimasuki alif-lam tapi mempunyai makna sama dengan isim yang
bisa menerima alif-lam serta memberi pengaruh.
2.
Isim
Ma’rifat
Menurut bait Alfiyyah, pengertian
isim ma’rifat adalah setiap isim yang tidak termasuk oleh isim nakirah, yakni
setiap isim yang bisa dimasuki alif-lam, tetapi aliflam itu tidak mempengaruhi
makna isim tersebut. Isim ma’rifat ada enam macam antara lain; Isim dhomir
seperti هو أنت نحن أنا , kemudian isim ‘alam
seperti lafazh هند, isim isyarah seperti
lafazh ذا ,ذي,
isim maushul seperti lafazh الذي, isim yang
dima’rifatkan dengan أداةالتعريف , yaitu alif dan lam,
seperti lafazh الغلام, dan isim yang
di-idhafat-kan kepada salah satu di antara kelima isim ma’rifat tersebut.
F.
At-Tawabi’
Tawabi’
merupakan jamak dari kata تابع yang berarti yang
mengikuti, maksudnya adalah isim-isim yang mengikuti pada lafazh sebelumnya
dalam hal i’rabnya. Tawabi’ ada empat macam, yaitu na’at, athaf, taukid, dan
badal.
G.
Isim-Isim
yang Dibaca Jarr (Majrur)
Penulis
memaparkan dua poin penting dalam isim-isim yang dibaca Jarr , yaitu; pertama,
tanda-tanda jarr isim, dan kedua tempattempat jarrnya isim.
1.
Tanda-Tanda
Isim yang Dijarrkan
Pada
dasarnya jarr ditandai dengan kasrah, akan tetapi bisa juga diganti atau dengan
menggunakan ya’ pada isim mutsanna, jama’ mudzakar salim dan asma’ al khamsah.
2.
Tempat-tempat
jarr nya isim
Isim-isim yang dibaca khafadh
(majrur) terbagi ke dalam tiga bagian, yaitu : isim yang terletak setelah huruf
jarr, isim yang tersusun dalam bentuk idhafah (menjadi mudhaf ilaih), isim yang
mengikuti isim sebelumnya yang dibaca jarr (tawabi’).
H.
Al-fi’lu
Fi’il atau kata kerja terbagi
menjadi 4 yaitu fi’il madhi, fi’il mudhari, fi’il amr dan fi’il nahyi.
1.
Fi’il Madhi adalah fi’il atau kata kerja yang
menerangkan suatu perbuatan yang telah terjadi atau perbuatan di masa lampau.
Contoh : ضرب
2.
2.
Fi’il Mudhari adalah fi’il yang menunjukan kejadian masa sekarang atau bisa
juga masa yang akan datang. Contoh : يضرب
3.
Fi’il
amr merupakan kata perintah. Karena
merupakan perintah fi’il amr pastilah belum terjadi sehingga fi’il amr
merupakan kata kerja yg ditunjukan untuk waktu yg akan datang atau istiqbal.
Contoh : أضرب
4.
Fi’il
nahyi merupakan bentuk gabungan dari laa
(لا) nahyi laa (( لا ) untuk melarang) dengan fi’il mudhari. Contoh : لاتضرب
I.
‘Amil
Jawazim
Dalam
kitab Jami’u Durus al-‘Arabiyah yang dikarang oleh Syaikh Mustofa Al-Ghulayani
dijelaskan bahwa ‘amil adalah lafazh yang menimbulkan rafa, atau nashab, atau
jazm ataupun jarr pada lafazh yang mengiringinya. Secara umum pengertian
‘Awamil jazm adalah perabot dari beberapa huruf hijaiyah yang merubah kalimat
menjadi i’rab jazm. Dalam kitab Mutammimah, ‘amil jawazim itu ada berjumlah 18
huruf antara lain : إن,ما,من,مهما,إذ
ما,أيّ,متى,أيّان,أين,أنّى,حيثما,لم,لمّا,ألمّا,ألّم,لام الأمر,لافى النهى,والدّعاء,لافى
الطّلب.
BAB III. MATERI ILMU SHARAF
A.
Tashrif
Tashrif
al-kalimat adalah mengolah kata dari suatu bentuk menjadi beberapa bentuk lain
berdasarkan peraturan atau kaidah-kaidah yang telah ditentukan.
B.
I’lal
I’lal
adalah merubah huruf illat seperti wawu, alif dan ya’, supaya ringan dan mudah
dalam mengucapkannya.
C.
Fi’il
Shahih
Fi’il shahih adalah fi’il yang tidak
ada huruf illat (حرف علة) nya. Fi’il shohih
ada tiga yaitu :
1.
Shahih
salim: fi’il shahih yang tidak ada hamzah dan tasydidnya.
2.
Shahih
mahmuz: fi’il shahih yang ada hamzahnya baik terletak pada , dan fi’ilnya.
3.
Shahih
mudha’af: fi’il shahih yang ada tasydidnya atau yang ‘ain dan lam fi’ilnya
berupa huruf yang sejenis jika berasal dari fi’il tsulasi.
D.
Fi’il
Mu’tall
Fi’il
mu’tall adalah fi’il yang ada huruf illatnya (حرف علة),
huruf illat terdiri atas: (alif), (wawu), (ya’). Fi’il Mu’tall dibagi menjadi
lima yaitu:
1.
Mu’tall
mitsal: fi’il mu’tall yang fa’ fi’ilnya berupa huruf illat.
2.
Mu’tall
ajwaf: fi’il mu’tall yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf illat.
3.
Mu’tall
naaqis: fi’il mu’tall yang lam fi’ilnya berupa huruf illat.
4.
Mu’tall
lafif maqrun: fi’il mu’tall yang ‘ain fi’ilnya berupa huruf illat.
5.
Mu’tall
lafif mafruq: fi’il mu’tall yang fa’ dan lam fi’ilnya berupa huruf illat.
E.
Fi’il
Tsulatsi Mujarrad dan Mazid
Fi’il
Tsulatsi Mujarrad adalah fi’il yang terdiri dari tiga huruf pada fi’il Madhi
dan sepi dari huruf tambahan.
Fi’il
Tsulatsi Mazid adalah fi’il yang mendapatkan huruf tambahan dari huruf aslinya,
baik dengan tambahan satu huruf, dua huruf dan tiga huruf.
F.
Fi’il
Ruba’i Mujarrad dan Mazid
Fi’il
ruba’i mujarrad adalah satu bangunan kata (kalimah) yang fi’il madhinya terdiri
dari empat huruf yang semuanya asli.
Fi’il
ruba’i mazid adalah satu bangunan kata (kalimah) yang fi’il madhinya terdiri
dari empat huruf asal dengan beberapa huruf tambahan.
BAB IV. TANYA JAWAB NAHWU SHARAF
Dalam
bab ini penulis, merangkai sebuah pertanyaan tentang materi nahwu dan sharaf
yang telah disediakan dalam buku ini disertai dengan jawaban dan refrensi yang
dituju.
D.
KOMENTAR
UNTUK BUKU INI
Buku
ini sangat bagus sekali bagi para pembelajar ilmu alat tata bahasa Arab baik
itu dari kalangan umum maupun santri karena buku ini menyajikan secara detail
setiap pembahasan disertai contoh dan tanya jawab. Buku ini bisa menjadi sumber
refrensi yang bisa dipertanggungjawabkan karena dalam setiap materi pembahasan
mencantumkan sumber refrensi penulis sebagai landasan untuk membuat buku ini.